Pengelolaan Pascapanen Untuk Mempertahankan
Kualitas
Benih Kedelai di
UD Sujinah
HADAD ALWI
SAHLAN
2016610020
FAKULTAS
PERTANIAN
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedelai adalah salah satu dari beberapa sumber
makanan di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi
kedelai dalam negeri dibutuhkan serangkaian proses produksi kedelai yang baik.
Dalam hal ini pengolahan benih menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas produksi kedelai.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memperkirakan
konsumsi kedelai saat ini sekitar 1,8 juta ton, dan bungkil kedelai sekitar 1,1
juta ton (Ditjentan 2004). Hal ini diperkuat oleh data statistik dari FAO dan
BPS, bahwa konsumsi kedelai pada tahun 2004 sebesar 1,84 juta ton, sedangkan produksi
dalam negeri baru mencapai 0,72 juta ton. Kekurangannya diimpor sebesar 1,12
juta ton, atau sekitar 61% dari total kebutuhan. Konsumsi perkapita
berfluktuasi tergantung ketersediaan, yaitu dari 4,12 kg pada tahun 1970
menjadi 10,85 kg pada tahun 2000 dan 7,90 kg pada tahun 2005, atau secara
keseluruhan meningkat rata-rata 2,3% per tahun selama 35 tahun terakhir (BPS
2006).
Outlook pasar kedelai dunia dari sisi areal panen
diproyeksikan masih meningkat ratar-ata 2,25% per tahun selama periode
2012-2019, meskipun di China diproyeksikan terjadi penurunan areal panen
rata-rata 1,54% per tahun selama periode yang sama. Peningkatan areal panen
disumbang oleh peningkatan di tiga negara produsen kedelai, terutama Brazil dan
Argentina. Pertumbuhan areal panen di Amerika Serikat relatif kecil, yaitu
hanya 0,43% per tahun. Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan areal panen,
produksi kedelai dunia juga diproyeksikan meningkat rata-rata 2,73% per tahun
selama periode 2012-2019, meskipun di China diproyeksikan terjadi penurunan
produksi. Angka proyeksi ini mengindikasikan bahwa jika ke depan pertumbuhan
produksi ini berlangsung secara konsisten, setidaknya sampai tahun 2019 tidak
ada kekhawatiran akan terjadi kelangkaan kedelai, kecuali terjadi anomali iklim
atau eksplosi hama dan penyakit kedelai yang dapat menyebabkan kegagalan panen,
terutama di tiga negara produsen utama. Hanya China yang secara konsisten
menunjukkan penurunan areal dan produksi kedelai. Namun penurunan produks di
China dapat ditutup oleh peningkatan produksi di Amerika Serikat, Brazil dan
Argentina. Kelangkaan bisa terjadi jika pertumbuhan industri yang menggunakan
kedelai sebagai bahan baku utama jauh lebih cepat daripada pertumbuhan produksi
kedelai. Di Indonesia, jika tidak ada terobosan kebijakan yang signifikan untuk
memberi insentif pada petani kedelai, maka fenomena penurunan produksi selama
dua dekade terakhir diproyeksikan masih akan berlangsung, setidaknya sampai
tahun 2019.
Selama periode 2013- 2019, produksi kedelai
Indonesia diproyeksikan masih menurun rata-rata 1,49 % per tahun. Di sisi lain,
konsumsi dalam negeri (domestic consumption) diproyeksikan terus meningkat
ratarata 1,73 % per tahun. Peningkatan konsumsi dalam negeri menyebabkan
peningkatan impor rata-rata 3,57% per tahun. Meningkatnya konsumsi yang tidak
disertai dengan peningkatan produksi menyebabkan stok yang ada akan habis
digunakan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Cadangan akhir tahun (ending
stock) kedelai nasional relative kecil, yaitu kurang dari 2% terhadap total
pasokan, volumenya pun terus menurun rata-rata 4,25% per tahun. Kondisi ini
mencerminkan makin rentannya Indonesia terhadap krisis kelangkaan kedelai yang
menyebabkan harga dalam negeri meningkat tajam, seperti yang sering terjadi
selama ini.
Penanganan pascapanen kedelai adalah tahapan
kegiatan yang dimulai sejak pemanenan sampai siap disimpan atau dipasarkan.
Kegiatan tersebut membutuhkan teknologi pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil
dan mempertahankan mutu biji kedelai (mendekati mutu seperti pada saat panen)
agar didapat harga jual yang tinggi. Kehilangan hasil pada usahatani kedelai
secara umum masih tinggi. Perkiraan kehilangan hasil kedelai yang dipanen pada
kadar air tinggi (30 40 % basis basah (bb)) mencapai 15,5 % dan yang dipanen
pada kadar air rendah (17 20 % bb) sebesar 10%. Disamping kehilangan hasil
secara fisik (kuantitas), susut mutu/viabilitas (kualitas) benih kedelai dalam
penanganan pascapanen juga cukup tinggi, 2,5 8,0% (Purwadaria, 1989). Hal ini
disebabkan karena benih kedelai mudah rusak dan cepat turun daya tumbuhnya,
sehingga memerlukan cara penanganan yang cepat, tepat dan teliti. Oleh karena
itu, tujuan dari penanganan pascapanen kedelai adalah menjaga viabilitas benih
kedelai supaya tetap sama seperti pada waktu panen dan mengurangi kehilangan
hasil pada semua proses kegiatan yang dilakukan (panen, pengeringan, perontokan
dan penyimpanan).
B.
Tujuan
Tujuan
dilakukannya magang di UD sujinah di daerah Jl. Raya Danyang – Kuwu Km. 9,
Dusun Gatak, Desa Sembungharjo,. Kec. Pulokulon, Kab. Grobogan, Jawa Tengah
yaitu meilibatkan pribadi secara langsung
dalam pengelolaan pascapanen benih
untuk menjaga kualitas benih kedelai.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pada awalnya, kedelai
dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada
tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah
ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut
:
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Keberhasilan usaha tani
kedelai sangat ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan yaitu yang
memenuhi standar mutu benih. Adisarwanto (2005) menyatakan bahwa ciri-ciri
benih kedelai bermutu baik secara fisik yaitu a) warna biji cerah mengkilat dan
tidak kusam, b) ukuran biji seragam dan bernas benih murni, c) tidak tercampur
dengan kotoran atau benda lain, d) tidak bercampur dengan benih varietas lain,
e) benih tidak retak, tidak pecah, dan tidak ada bercak. Selain itu Adisarwanto
(2005) juga menyatakan ada 3 kategori mutu benih yang berlaku yaitu, mutu fisik
(warna, bentuk, ukuran, bobot biji, tingkat kerusakan fisik terhadap gangguan
serangan patogen, dan keseragaman), mutu fisiologis (daya kecambah), dan mutu
genetik (varietas yang ditanam). Suprapto (2002) menambahkan bahwa benih yang
digunakan sebaiknya mempunyai kadar air sekitar 10-11%.
Untuk mendapatkan kacang
kedelai yang baik dalam kualitas dan kuantitasnya maka diperlukan proses
pemanenan dan pasca panen yang baik. Sering kali kacang kedelai berkurang
kualitas dan kuantitasnya karena pengolahan pasca panen yang kurang baik.Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, berikut adalah proses panen dan pasca panen
kedelai yang baik :
1.
Tahap
Pemanenan
Tahapan pemanenan ini
dilakukan berdasarkan umur panen sesuai dengan jenis varietas dan tanda
fisiknya. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik lebih baik menggunakan sabit
bergerigi dan sebaiknya bersihkan gulma atau ilalang terlebih dahulu agar tidak
ada hasil panen yang tertinggal. Tanaman kacang kedelai yang sudah siap panen
adalah sebagai berikut :
a.
Sudah
matangnya tanaman kedelai (Hal ini berdasarkan jenis varietas kedelai) yaitu
sedikitnya 95% polong pada batang utama telah berwarna kuning kecoklatan (Warna
polong yang sudah masak)
b.
Batang
tanaman sudah mengering dan daunnya sudah rontok
c.
Kadar
air kacang kedelai sekitar 25 % dan kulit polongnya mudah terkelupas
d.
Proses
panen yang baik biasanya dilakukan saat matahari bersinar (cerah dan tidak
hujan) biasanya dimulai pada jam 9 pagi
e.
Alat
panen yang biasa digunakan disini adalah Sabit bergerigi, Sabit Biasa, Golok,
dan gatul.
2.
Tahap
Pengangkutan
Proses pengangkutan ini dapat dilakukan menggunakan
bantuan sepeda motor, gerobak atau di pikul. Cara pengankutan berangkasan
kedelai antara lain :
a.
Kumpulkan
Berangkasan kedelai di atas terpal
b.
Berangkasan
kedelai kemudian di tutupi oleh terpal kemudian ikatlah menggunakan tali
c.
Setelah
itu berangkas kedelai ini siap untuk diangkut menggunakan cara Anda sendiri
3.
Tahap
Pengeringan
Tahap pengeringan ini
dapat dilakukan menggunakan dua cara, yaitu :
a.
Pengeringan
dengan menggunakan sinar matahari
Susun berangas kedelai yang akan dijemur dengan
ketebalan 20 cm di atas lantai jemur/terpal, buat berangas ini hingga merata
pada seluruh permukaan. Selama pengeringan sebaiknya balik berangas ini
setidaknya 2 jam sekali, hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat kadar air
hingga 17 % yang di tandai dengan mudahnya polong peca Pengeringan dilakukan 2
– 3 hari dengan sinar matahari yang terik atau tidak terganggu hujan atau
mendung
a.
Pengeringan
berangkasan kedelai menggunakan Mesin Pengering (dryer )
Kapasitas dryer ini
sebesar 1 ton. Berangkasan kedelai ini dikeringkan dengan waktu pengeringan
sekitar 6 – 8 jam. Proses pengeringan menggunakan mesin ini dilakukan dengan
suhu 600c. Proses pengeringan ini dilakukan untuk menurunkan kadar
air pada kacang kedelai. Biasanya untuk pengeringan dalam skala besar, petani
akan menggunakan alat ukur guna mengukur kadar air dengan tepat. Biasanya
petani akan menggunakan alat ukur kadar air atau moisture meter untuk mengukur
tingkat kadar air kacang kedelai. Salah satu alat ukur yang terbaik dengan keakurasian
yang tinggi adalah Moisture Meter JV006. Alat ini akan sangat membantu dalam
pengukuran kadar air kacang kedelai.
4.
Tahap
Perontokan
Tahap perontokan ini
dapat dilakukan menggunakan tongkat pemukul (batang pelepah kelapa dan rotan),
selain itu juga bisa dilakukan dengan menginjak – injaknya. Selain dengan cara
tradisional, perontokan ini juga dapat dilakukan menggunakan mesin perontok
atau power threser. Perontokan yang dilakukan menggunakan mesin perontok atau
power threser ini memiliki berbagai keunggulan seperti :
a.
Akan
mengefisienkan tenaga, waktu dan biaya
b.
Tingkat
kotoran rendah hanya 5 %
c.
Susut
tercecer rendah hanya 5 %
5.
Penyimpanan
Tahap paling akhir
dalam pengolahan pasca panen kedelai ini adalah penyimpanan. Sebelum biji
kedelai disimpan perlu untuk disortasi atau dibersihkan terlebih dahulu untuk
memisahkan biji yang rusak, biji gepeng, atau yang ukurannya terlalu kecil.
Proses penyimpanan ini sendiri dilakukan
dengan cara berikut :
a.
Setelah
disortasi dan dibersihkan, biji kedelai ini disimpan dalam karung goni yang
dilapisi karung plasik untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu
b.
Penyimpanan
biji kedelai dengan karung dilakukan agar biji kedelai tidak rusak dalam
pengankutan dan terhindar dari pembusukan
c.
Biji
kedelai disimpan dalam suhu kamar 27 derajat celcius dengan kadar air sekitar
12%
Menurut Justice dan
Bass (2002) tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mengawetkan cadangan
bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya. Selanjutnya Sutopo (2010)
menambahkan tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. Penyimpanan benih
dimaksudkan agar benih dapat ditanaman pada musim yang sama di lain tahun atau
pada musim yang berlainan dalam tahun yang sama atau untuk tujuan pelestarian
benih dari sesuatu jenis tamaman. Menurut Kartono (2004) salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan pengembangan tanaman kedelai adalah tersedianya benih
bermutu dengan daya kecambah lebih dari 85 %.
Menurut Hasanah (2002)
benih tanaman industri dapat dikelompokan menjadi benih ortodok, benih
intermediate dan benih rekalsitran. Pengelompokan benih tersebut didasarkan
atas kepekaan benih terhadap pengeringan dan suhu. Benih ortodok relatif tahan
terhadap pengeringan. Benih ortodok umumnya dimiliki oleh spesies-spesies
tanaman setahun dan tanaman dua tahunan (bienial) dengan ukuran benih yang
kecil. Benih ortodok tahan pengeringan sampai kadar air mencapai 5 % dan dapat
disimpan pada suhu rendah. Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan
menurunkan kadar air dan suhu. Benih rekalsitran peka terhadap pengeringan.
Benih rekalsitran tidak tahan disimpan pada suhu di bawah 20°C.
Beberapa spesies
tanaman tropis yang memiliki sifat rekalsitran atau peka terhadap suhu rendah
adalah kemiri, kayu manis, pala, kelapa dan palma lainnya. Kelompok tanaman ini
menghasilkan benih yang tidak pernah kering pada tanaman induknya. Benih masih
dalam kondisi lembab ketika gugur dan akan mati ketika kadar air kritis. Daya
hidup benih relatif pendek dari beberapa minggu sampai beberapa bulan
tergantung spesiesnya walaupun benih disimpan pada kondisi lembab. Benih
intermediate berada antara sifat benih ortodok dan rekalsitran.
III.
METEDOLOGI
LAPORAN
A. Tempat dan Waktu
Praktik lapangan atau
magang telah dilaksanakan di UD Sujinah yang bertempat di Dusun Legundi rt. 001 rw. 005 Desa Karangharjo, Kecamatan
Pulokulon, Kabupaten Grobogan, Kota Purwodadi,
Jawa Tengah. Pada tanggal 1-31 Agustus 2019.
B.
Pelaksanaan
Magang
Kegiatan-kegiatan
magang yang dilakukan di UD sujinah adalah sebagai berikut :
1.
Pemanenan
2.
Pengangkutan
3.
Penjemuran
4.
Penggolongan/Penyortiran
5.
Pengemasan
6.
Penyimpanan
C. Rangkuman Pekerjaan
Selama Magang di UD Sujinah
Aktivitas yang dilakukan saat magang di UD sujinah
adalah sebagai berikut :
1.
Mengikuti
kegiatan petemuan dengan BPTP JATENG
2.
Mengikuti
kegiatan pertemuan dengan BSB JATENG
3.
Observasi
langsung ke lahan milik petani yang bekerjasama dengan UD Sujinah
4.
Melaksanakan
pekerjaan proses pascapanen
D. Cara Kerja
Cara kerja pengelolaan
pascapanen untuk mempertahankan kualitas
benih kedelai di UD Sujinah adalah
sebagai berikut :
1.
Pemanenan
dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu, trasional dan modern.
2.
Setelah
selesai, kedelai dikemas dan dikumpulkan kemudian diangkut menggunakan mobil
truk.
3.
Disimpan dengan urutan yang sesuai dari kedatangan pertama hingga terakhir
4.
Penjemuran
dilakukan paling lama 2-3 hari, sesuai dengan kondisi cuaca.
5.
Penyortiran
dilakukan sebanyak 2-3 truk perhari.
6.
Pengemasan
sebanyak 40-60 kg perkarung.
7.
Benih
siap dipasarkan.
IV.
PROFIL
PERUSAHAAN
A. Keadaan Umum UD Sujinah
UD Sujinah yang bertempat di Dusun Legundi rt. 001 rw. 005 Desa Karangharjo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, Kota Purwodadi, Jawa Tengah, Indonesia. UD Sujinah bekerja sama dengan beberapa kelompok tani diberbagai kota, beberapa diantaranya adalah kelompok tani kota Pati khususnya daerah Kayen, kota Solo, dan kota Kebumen.
B.
Sejarah
UD Sujinah
Dalam rangka membantu
upaya pemerintahan untuk meningkatkan produksi kedelai, serta berpartisipasi
untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan orang lain, pada tahun 2006
Ibu Sujinah dan Bapak Sujono secara tradisional bermitra dengan kelompok-kelompok
tani, menampung hasil pertanian terutama kedelai. Mengingat setiap panen tiba
harga kedelai ditingkat petani selalu jatuh dibawah harga rata-rata sebelum
panen.
Upaya yang dilakukan Ibu
Sujinah dan Bapak Sujono disambut baik oleh kelompok tani setempat kemudian
kelompok tani tersebut menyebarluaskan kepada kelompok tani lainnya sehingga
kemitraan semakin luas dan upaya tersebut mampu meningkatkan harga jual
ditingkat petani. Karena antusiasme dari berbagai kelompok tani, pada tahun
2008 Ibu Sujinah dan Bapak Sujono melegalitas formalkan upaya tersebut dengan
nama UD Sujinah. Sehingga UD Sujinah dapat berpartisipasi dalam penyediaan
benih untuk program bantuan sosial antara lain Optimasi lahan (Opla), program
Penmabahan Area Tanam (PAT), program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu
(SLPHT), dan terakhir di tahun 2015 UD Sujinah mendukung suplay benih kedelai
dalam program bantuan sosial GPPTT.
Perkembangan UD Sujinah
membuat masyarakat sekitar memiliki pekerjaan sementara bahkan menjadi pekerjaan
pokok untuk berpartisipasi tenaga kerja UD Sujinah.
Adapun jenis kedelai
yang UD Sujinah kembangkan menjadi benih sampai saat ini antara lain kedelai
Grobogan, kedelai Malabar, kedelai Arjuna, kedelai Anjasmara. Namun yang paling banyak di produksi adalah kedelai
Grobogan, karena varietas tersebut yang paling banyak dicari.
Pada tahun 2016 UD
Sujinah mengikuti regulasi pemerintah dan memperoleh izin dari BPSB selaku
penangkar benih kedelai dan kacang hijau, sehingga UD Sujinah dapat menjual
benih dengan nama lebel sendiri.
C.
Badan
Usaha dan Legalitas
Badan usaha Ibu Sujinah
dan Bapak Sujono adalah badan usaha perorangan dengan nama UD Sujinah. Adapun
kelengkapan legal formal yang yang UD Sujinah miliki antara lain sebagai
berikut :
1.
Akta
Pendirian
Akta Pendirian adalah
Akta yang di buat dihadapan Notaris, yang berisi keterangan mengenai identitas
dan kesepakatan para pihak untuk mendirikan Perseroan Terbatas beserta anggaran
dasarnya dan memaparkan mengenai tujuan PT. dan wajib memperoleh pengesahan
dari Kementrian Hukum dan HAM agar memperoleh status Badan Hukum.
2.
Izin
H.O
Surat Izin Gangguan dan
biasa juga disebut HO (Hinderordonnantie) adalah surat keterangan yang
menyatakan tidak adanya keberatan dan gangguan atas lokasi usaha yang
dijalankan oleh suatu kegiatan usaha di suatu tempat.
3.
SIUP
SIUP ( Surat Izin Usaha
Dagang) adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan perdagangan.
4.
TDP
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang.
5.
NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak
biasa disingkat dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak (WP)
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
6.
IMB
Gudang
Izin Mendirikan
Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB adalah perizinan yang diberikan oleh
Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah satu
produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban,
keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum.
7.
Izin
Penangkar
Izin penangkar adalah
surat yang dikeluarkan pemerintah provinsi setempat untuk bukti rekomendasi
sebagai produsen benih bina tanaman pangan.
D. Struktur Organisasi UD
Sujinah
UD Sujinah dipimpin
oleh ibu sujinah dan memiliki satu mandor, sedangkan tenaga kerja dibagi
menjadi beberapa bagian seperti bagian pengangkutan kedelai, penyortiran
kedelai, penjemuran kedelai, dan lain-lain.
E.
Potensi
dan Kapasitas Produksi
Potensi berdasarkan
luasan lahan yang ditanami kedelai di
kabupaten Grobogan sangatlah luas, yang memungkinkan untuk memproduksi ratusan
ribu ton. Namun kapasitas gudang , tenaga kerja, dan sarana transportasi
terbatas. Kapasitas gudang mampu menampung 6.000 ton setahun, tetapi produksi
paling banyak hanya mencapai 4.000 ton setahun, jumlah tenaga kerja tetap UD
Sujinah sebanyak 60 orang, terdiri dari tenaga grader, mandor, tenaga bongkar
muat dan tenaga angkutan.
F.
Sarana
pendukung
1.
Sarana
transportasi terdiri dari 6 truk, dan mampu menguasai 10 truk lainnya.
2.
Sarana
gudang penyimpanan,terdiri dari 4 gudang penyimpanan
V.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Kedelai dikonsumsi di
Indonesia sebagai bahan pangan sumber protein, dalam berbagai bentuk makanan
terutama tahu dan tempe. Penanganan pascapanen kedelai meliputi panen, yang
dapat dilakukan pada tingkat kadar masih tinggi (lebih dari 30%) ataupun ketika
kadar air kedelai sudah cukup rendah (17-20%), perontokan, dan pengeringan.
Kecuali perontokan yang biasanya dilakukan menggunakan perontok mekanis
berkapasitas sekitar 400 kg/jam, proses penanganan pascapanen kedelai lainnya
dilakukan secara manual. Kedelai dipanen dengan cara memotong batangnya
menggunakan sabit. Kedelai yang masih dalam polong dan menempel pada batang
lalu dijemur hingga kadar air biji kedelai mencapai sekitar 16%, lalu
dirotokkan dengan mesin perontok. Biji kedelai kemudian dijemur lagi hingga
kadar airnya mencapai 14% agar dapat disimpan atau dijual ke pasar.
Pengelolaan pascapanen
kedelai di UD Sujinah memiliki tahapan yang hampir sama dengan pengelolaan
pascapanen kedelai ditempat yang lainnya, proses penanganan tersebut bertujuan
untuk mempertahan kualitas benih kedelai. Tahapan yang dilakukan di UD Sujinah
adalah sebagai berikut :
1.
Pemanenan
Kematangan kedelai
hingga siap dipanen sangat bergantung pada varietas dan ketinggian
tempat. Akan tetapi saat
pemanenan juga bergantung kepada tujuan penggunaan. Berdasarkan varietasnya
terdapat varietas umur pendek
atau genjah yaitu kedelai yang
sudah dapat mencapai
umur panen kurang
dari 80 hari,
kedelai umur sedang yaitu
dapat mencapai umur panen
pada 80-85 hari, dan kedelai umur dalam yang mencapai
umur panen lebih dari 86 hari. Ketinggian
tempat mempengaruhi kematangan
fisiologis. Pada daerah yang
semakin tinggi dari
permukaan laut pada umumnya
kematangan fisiologis tertunda, sedangkan semakin
rendah daerahnya akan
semakin cepat mencapai kematangan
fisiologis.
Perbedaan umur
panen antara daerah dataran
tinggi dengan daerah dataran rendah sekitar 10-20 hari. Tujuan penanaman
kedelai menentukan umur
panen. Kedelai yang akan digunakan untuk
bahan konsumsi dipanen
pada umur 75-100
hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipanen pada umur 100 –110
hari.Dengan adanya berbagai
varietas dan tujuan
penanaman maka untuk mengetahui kedelai
siap panen dapat
dilihat dari ciri-ciri tanaman, agar panen dapat dilakukan pada saat
yang tepat. Adapun kedelai yang
sudah matang secara
fisiologis, cirinya adalah sebagian besar
daun (90-95%) sudah
menguning kecoklatan lalu
gugur, tetapi bukan
karena serangan hama
atau penyakit. Batang-batangnya sudah kering, demikian juga
buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak,
atau polong sudah kelihatan tua, batang
berwarna kuning agak coklat dan gundul.
UD Sujinah mengambil
kedelai dari kelompok tani yang telah bekerjasama dengan perusahaannya yang
tersebar di berbagai kota, panen dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu
tradisional dengan menggunakan sabit sedangkan dibeberapa kelompok tani telah
menggunakan mesin perontok. Pemotongan
harus dilakukan dengan hari-hati
karena kedelai yang sudah
tua mudah rontok. Hasil pemotongan
dalam bentuk brangkasan
harus segera dikumpulkan pada suatu
tempat dan dipisahkan
menurut tingkat kematangan
polong. Dari tempat pengumpulan
ini, selanjutnya hasil
panen diangkut ke
tempat penjemuran dengan alat bantu karung atau bakul
2. Pengangkutan
Kedelai yang telah
dipanen, lalu diangkut menuju gudang penyimpanan di UD Sujinah menunggu giliran
penjemuran. Pengangkutan kedelai menggunakan truk pribadi milik perusahaan UD
Sujinah yang tersebar diberbagai kota di Jawa Tengah, dengan jumlah 300-500 ton
sekali angkut.
3.
Penjemuran
Penjemuran kedelai di
UD Sujinah dimulai dari jam 9 pagi hingga jam 3 sore, kedelai diambil dari
gudang penyimpanan menuju ke tempat
penjemuran. Teknik penjemuran di UD Sujinah sebagai berikut :
a.
Karung
diletakan secara berjajar dengan jarak sekitar 1 meter
b.
Kemudian
kedelai dikeluarkan dari karung
c.
Setelah
selesai, kedelai diratakan menggunakan garu berbentuk sisir
d.
Kedelai
yang telah diratakan ditunggu hingga jam 1 sampai 2 jam dan dibalik.
e.
Pembalikan
pertama, kedelai dibentuk menyerupai bedengan dengan lebar sekitar 30 cm, dan
jarak antara yang satu dengan yang lainnya berkisar 1 meter.
f.
Pembalikan
kedua, bedengan kedelai diratakan menggunakan garu rapat dan berseling, setelah
1 sampai 2 jam bedengan yang diseling tadi diratakan.
g.
Pembalikan
ketiga, kedelai di ratakan menggunakan kaki secara acak
.
Gambar 9.
Proses penjemuran kedelai
4.
Penyortiran
Penyortiran merupakan
upaya untuk memisahkan kedelai yang baik dari kedelai yang cacat dan kotoran.
Sementara penggolongan dilakukan dengan tujuan memisahkan kedelai berdasarkan
grade mutunya. Hasil dari penyortiran dan penggolongan adalah diperoleh kedelai
yang seragam berdasarkan tiap gradenya.
Sebelum disortir, biji
kedelai harus dipisahkan terlebih dahulu dari kulit polongnya. Proses ini dapat
dilakukan dengan memukul – mukulkan tumpukan brangkasan kedelai pada kayu.
Sementara cara lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perontok padi.
Biji kedelai kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran. Kemudian biji kedelai
yang keriput dipisahkan agar diperoleh biji kedelai baik yang seragam. Biji yang
sudah bersih kemudian dijemur lagi sampai kadar airnya 9 – 11%. Biji yang sudah
kering lalu dimasukkan ke dalam karung baik untuk dipasarkan atau pun disimpan.
Penyortiran di UD
Sujinah sudah menggunakan mesin sehingga lebih mudah dan cepat. Penyortiran dilakukan
dari jam 9 hingga jam 4 sore, UD Sujinah memiliki 3 mesin penyortir hingga
sekali penyortiran 3 sampai 5 truk.
Gambar 10.
Penyortiran
5.
Pengemasan
Biji yang kering lalu
disimpan dalam wadah yang bebas hama dan penyakit seperti karung goni atau
plastik. Kedelai dimasukan ke dalam karung goni dengan kisaran bobot 60 kg. Sebagai
tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Dengan
cara kedelai disimpan di tempat kering dalam karung goni atau plastik. Karung -
karung ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung
menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka
setiap 2 sampai 3 bulan sekali harus dijemur sampai kadar airnya sekitar 9% sampai
11%. Tempat penyimpanan harus teduh, kering dan bebas hama atau penyakit. Biji
kedelai yang akan disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9 sampai 14 %.
Gambar 11. Pengemasan
6.
Penyimpanan
Setelah pengemasan
selesai, kedelai disimpan hingga menunggu waktu penjualan,UD Sujinah memiliki 2
tempat penyimpanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama
penyimpanan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air awal
benih. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan
kelembaban ruang simpan (Copeland dan Mc. Donald 1985). Kadar air awal dan
bahan kemasan merupakan kombinasi yang baik dalam mempertahankan kadar air dan
memperkecil tingkat kerusakan benih selama penyimpanan.
Ruang
penyimpanan di UD Sujinah memiliki kondisi dan tatanan yang baik, dimana
penempatan diatur sedemikian rupa agar kedelai yang baru diambil tidak
tercampur dengan yang lainnya.
Gambar 11. Gudang penyimpanan
Untuk menjaga kondisi benih tetap terjaga apabila
kedelai belom terjual maka dijemur kembali dengan selang waktu 3 bulan, hal ini
bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kedelai. Produksi benih memerlukan pengetahuan yang
baik tentang genetika, metode seleksi, agronomi, fitopatologi, dan teknologi
benih memerlukan administrasi bisnis dan logistik yang baik. Kontribusi seluruh
bidang/disiplin ilmu tersebut diperlukan untuk membuat benih sebagai alat
penting dalam perkembangan pertanian dan ketahanan pangan (food security)
nasional maupun internasional, dari semua hal-hal yang disebutkan diatas
perusahaan UD Sujinah kurang terampil dalam penanganan manajemen pemasaran.
Penggunaan benih bermutu tinggi adalah prasyarat
penting untuk menghasilkan produksi tanaman yang menguntungkan secara ekonomis.
Sebaliknya, penggunaan benih yang bermutu rendah akan menghasilkan presentasi
pemunculan bibit yang rendah , bibit yang kurang toleran terhadap cekaman abiotik
dan lebih sensitif terhadap penyakit tanaman.
Alur perbanyakan benih dimulai dari benih penjenis hingga benih sebar. Hasil
benih yang di produksi UD Sujinah merupakan benih terbaik (BS), Namun benih BS
ini hanya digunakan untuk penangkar dan kelompok tani yang telah bekerjasama
dengan perusahaan UD Sujinah itu sendiri, dan untuk petani lainnya adalah benih
berjenih BR dan seterusnya.
Benih Penjenis (Breeder Seed)
BBI
Benih Dasar (Foundation Seed)
Benih Pokok ( Stock Seed)
BBP+BUMN
Swasta+koperasi
Benih Sebar (Extension Seed)
Benih kedelai yang di produksi UD Sujinah telah
melewati alur perbanyakan seperti rangkaian di atas. Mutu dari benih kedelai
yang di hasil kan UD Sujinah sudah teruji di lab BPSB Yogyakarta dengan
presentase tumbuh 98%, hal ini menandakan bahwa produksi benih kedelai UD
Sujinah telah melewati penangan pengelolaan yang sangat baik.
VI.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan pascapanen
produksi benih kedelai bertujuan untuk mendapatkan hasil benih yang berkualitas
dan menjaga benih agar tetap memiliki kondisi yang baik.
Penanganan pengelolaan
benih dimulai dari cara pemanenan yang benar hingga pengemasan yang sesuai
standar. Uji lab telah menunjukan bahwa benih yang di produksi UD Sujinah
memiliki benih yang berkualitas, dan memiliki presentasi pertumbuhan yang
tinggi.
B.
Saran
Pembinaan terhadap para
pekerja perlu terus ditingkatkan, tempat penyimpanan dibersihkan, pembaharuan
karung goni apabila sudah tidak layak pakai.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwanto, AT.
Dan Wudianto, R. 2011. Meningkatkan hasil panen kedelai di lahan sawah
kering pasang surut. Penebar Swadaya. Bogor. 86 hal.
Aep Wawan
Irwawan. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merill).
Jatinangor : Fakultas Pertanian Universitas Pajadjaran.
Anonim. 2015. Kualitas
dan kesehatan benih kedelai. Rypsostori UNRI. 1 hal.
Heddy, suwasono.
Ngroho, WH. Kurniati, Mety. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan
Pascapanen. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada.
Ilyas, satriyas.
2012. Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor :IPB Prees.
Kemendag. 2017. Analisis
outlook pangan 2015-2019. Bppp Kemendag. 20-22 hal.
Shaumiyah,
Fauzah. Huri daman dan Basuki, Nur. 2012. Pengaruh pengeringan terhadap
kualitas benih kedelai. 1 hal.
Sudaryanto, T
dan Swastika, KS. 2016. Ekonomi kedelai di Indonesia. 1-2 hal.