Kamis, 19 September 2019

PRODUKSI BENIH KEDELAI UD SUJINAH


Related image

 Pengelolaan Pascapanen Untuk Mempertahankan Kualitas
Benih Kedelai di UD Sujinah





HADAD ALWI SAHLAN
2016610020



FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019

I.                   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kedelai adalah salah satu dari beberapa sumber makanan di Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kedelai dalam negeri dibutuhkan serangkaian proses produksi kedelai yang baik. Dalam hal ini pengolahan benih menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produksi kedelai.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memperkirakan konsumsi kedelai saat ini sekitar 1,8 juta ton, dan bungkil kedelai sekitar 1,1 juta ton (Ditjentan 2004). Hal ini diperkuat oleh data statistik dari FAO dan BPS, bahwa konsumsi kedelai pada tahun 2004 sebesar 1,84 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,72 juta ton. Kekurangannya diimpor sebesar 1,12 juta ton, atau sekitar 61% dari total kebutuhan. Konsumsi perkapita berfluktuasi tergantung ketersediaan, yaitu dari 4,12 kg pada tahun 1970 menjadi 10,85 kg pada tahun 2000 dan 7,90 kg pada tahun 2005, atau secara keseluruhan meningkat rata-rata 2,3% per tahun selama 35 tahun terakhir (BPS 2006).
Outlook pasar kedelai dunia dari sisi areal panen diproyeksikan masih meningkat ratar-ata 2,25% per tahun selama periode 2012-2019, meskipun di China diproyeksikan terjadi penurunan areal panen rata-rata 1,54% per tahun selama periode yang sama. Peningkatan areal panen disumbang oleh peningkatan di tiga negara produsen kedelai, terutama Brazil dan Argentina. Pertumbuhan areal panen di Amerika Serikat relatif kecil, yaitu hanya 0,43% per tahun. Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan areal panen, produksi kedelai dunia juga diproyeksikan meningkat rata-rata 2,73% per tahun selama periode 2012-2019, meskipun di China diproyeksikan terjadi penurunan produksi. Angka proyeksi ini mengindikasikan bahwa jika ke depan pertumbuhan produksi ini berlangsung secara konsisten, setidaknya sampai tahun 2019 tidak ada kekhawatiran akan terjadi kelangkaan kedelai, kecuali terjadi anomali iklim atau eksplosi hama dan penyakit kedelai yang dapat menyebabkan kegagalan panen, terutama di tiga negara produsen utama. Hanya China yang secara konsisten menunjukkan penurunan areal dan produksi kedelai. Namun penurunan produks di China dapat ditutup oleh peningkatan produksi di Amerika Serikat, Brazil dan Argentina. Kelangkaan bisa terjadi jika pertumbuhan industri yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku utama jauh lebih cepat daripada pertumbuhan produksi kedelai. Di Indonesia, jika tidak ada terobosan kebijakan yang signifikan untuk memberi insentif pada petani kedelai, maka fenomena penurunan produksi selama dua dekade terakhir diproyeksikan masih akan berlangsung, setidaknya sampai tahun 2019.
Selama periode 2013- 2019, produksi kedelai Indonesia diproyeksikan masih menurun rata-rata 1,49 % per tahun. Di sisi lain, konsumsi dalam negeri (domestic consumption) diproyeksikan terus meningkat ratarata 1,73 % per tahun. Peningkatan konsumsi dalam negeri menyebabkan peningkatan impor rata-rata 3,57% per tahun. Meningkatnya konsumsi yang tidak disertai dengan peningkatan produksi menyebabkan stok yang ada akan habis digunakan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Cadangan akhir tahun (ending stock) kedelai nasional relative kecil, yaitu kurang dari 2% terhadap total pasokan, volumenya pun terus menurun rata-rata 4,25% per tahun. Kondisi ini mencerminkan makin rentannya Indonesia terhadap krisis kelangkaan kedelai yang menyebabkan harga dalam negeri meningkat tajam, seperti yang sering terjadi selama ini.
Penanganan pascapanen kedelai adalah tahapan kegiatan yang dimulai sejak pemanenan sampai siap disimpan atau dipasarkan. Kegiatan tersebut membutuhkan teknologi pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil dan mempertahankan mutu biji kedelai (mendekati mutu seperti pada saat panen) agar didapat harga jual yang tinggi. Kehilangan hasil pada usahatani kedelai secara umum masih tinggi. Perkiraan kehilangan hasil kedelai yang dipanen pada kadar air tinggi (30 40 % basis basah (bb)) mencapai 15,5 % dan yang dipanen pada kadar air rendah (17 20 % bb) sebesar 10%. Disamping kehilangan hasil secara fisik (kuantitas), susut mutu/viabilitas (kualitas) benih kedelai dalam penanganan pascapanen juga cukup tinggi, 2,5 8,0% (Purwadaria, 1989). Hal ini disebabkan karena benih kedelai mudah rusak dan cepat turun daya tumbuhnya, sehingga memerlukan cara penanganan yang cepat, tepat dan teliti. Oleh karena itu, tujuan dari penanganan pascapanen kedelai adalah menjaga viabilitas benih kedelai supaya tetap sama seperti pada waktu panen dan mengurangi kehilangan hasil pada semua proses kegiatan yang dilakukan (panen, pengeringan, perontokan dan penyimpanan).

B.     Tujuan
Tujuan dilakukannya magang di UD sujinah di daerah Jl. Raya Danyang – Kuwu Km. 9, Dusun Gatak, Desa Sembungharjo,. Kec. Pulokulon, Kab. Grobogan, Jawa Tengah yaitu meilibatkan pribadi secara langsung  dalam pengelolaan pascapanen benih  untuk menjaga kualitas benih kedelai.














II.                TINJAUAN PUSTAKA
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Keberhasilan usaha tani kedelai sangat ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan yaitu yang memenuhi standar mutu benih. Adisarwanto (2005) menyatakan bahwa ciri-ciri benih kedelai bermutu baik secara fisik yaitu a) warna biji cerah mengkilat dan tidak kusam, b) ukuran biji seragam dan bernas benih murni, c) tidak tercampur dengan kotoran atau benda lain, d) tidak bercampur dengan benih varietas lain, e) benih tidak retak, tidak pecah, dan tidak ada bercak. Selain itu Adisarwanto (2005) juga menyatakan ada 3 kategori mutu benih yang berlaku yaitu, mutu fisik (warna, bentuk, ukuran, bobot biji, tingkat kerusakan fisik terhadap gangguan serangan patogen, dan keseragaman), mutu fisiologis (daya kecambah), dan mutu genetik (varietas yang ditanam). Suprapto (2002) menambahkan bahwa benih yang digunakan sebaiknya mempunyai kadar air sekitar 10-11%.
Untuk mendapatkan kacang kedelai yang baik dalam kualitas dan kuantitasnya maka diperlukan proses pemanenan dan pasca panen yang baik. Sering kali kacang kedelai berkurang kualitas dan kuantitasnya karena pengolahan pasca panen yang kurang baik.Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, berikut adalah proses panen dan pasca panen kedelai yang baik :
1.      Tahap Pemanenan
Tahapan pemanenan ini dilakukan berdasarkan umur panen sesuai dengan jenis varietas dan tanda fisiknya. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik lebih baik menggunakan sabit bergerigi dan sebaiknya bersihkan gulma atau ilalang terlebih dahulu agar tidak ada hasil panen yang tertinggal. Tanaman kacang kedelai yang sudah siap panen adalah sebagai berikut :
a.       Sudah matangnya tanaman kedelai (Hal ini berdasarkan jenis varietas kedelai) yaitu sedikitnya 95% polong pada batang utama telah berwarna kuning kecoklatan (Warna polong yang sudah masak)
b.      Batang tanaman sudah mengering dan daunnya sudah rontok
c.       Kadar air kacang kedelai sekitar 25 % dan kulit polongnya mudah terkelupas
d.      Proses panen yang baik biasanya dilakukan saat matahari bersinar (cerah dan tidak hujan) biasanya dimulai pada jam 9 pagi
e.       Alat panen yang biasa digunakan disini adalah Sabit bergerigi, Sabit Biasa, Golok, dan gatul.

2.      Tahap Pengangkutan
Proses pengangkutan ini dapat dilakukan menggunakan bantuan sepeda motor, gerobak atau di pikul. Cara pengankutan berangkasan kedelai antara lain :
a.       Kumpulkan Berangkasan kedelai di atas terpal
b.      Berangkasan kedelai kemudian di tutupi oleh terpal kemudian ikatlah menggunakan tali
c.       Setelah itu berangkas kedelai ini siap untuk diangkut menggunakan cara Anda sendiri




3.      Tahap Pengeringan
Tahap pengeringan ini dapat dilakukan menggunakan dua cara, yaitu :
a.       Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari
Susun berangas kedelai yang akan dijemur dengan ketebalan 20 cm di atas lantai jemur/terpal, buat berangas ini hingga merata pada seluruh permukaan. Selama pengeringan sebaiknya balik berangas ini setidaknya 2 jam sekali, hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat kadar air hingga 17 % yang di tandai dengan mudahnya polong peca Pengeringan dilakukan 2 – 3 hari dengan sinar matahari yang terik atau tidak terganggu hujan atau mendung
a.       Pengeringan berangkasan kedelai menggunakan Mesin Pengering (dryer )
Kapasitas dryer ini sebesar 1 ton. Berangkasan kedelai ini dikeringkan dengan waktu pengeringan sekitar 6 – 8 jam. Proses pengeringan menggunakan mesin ini dilakukan dengan suhu 600c. Proses pengeringan ini dilakukan untuk menurunkan kadar air pada kacang kedelai. Biasanya untuk pengeringan dalam skala besar, petani akan menggunakan alat ukur guna mengukur kadar air dengan tepat. Biasanya petani akan menggunakan alat ukur kadar air atau moisture meter untuk mengukur tingkat kadar air kacang kedelai. Salah satu alat ukur yang terbaik dengan keakurasian yang tinggi adalah Moisture Meter JV006. Alat ini akan sangat membantu dalam pengukuran kadar air kacang kedelai.
4.      Tahap Perontokan
Tahap perontokan ini dapat dilakukan menggunakan tongkat pemukul (batang pelepah kelapa dan rotan), selain itu juga bisa dilakukan dengan menginjak – injaknya. Selain dengan cara tradisional, perontokan ini juga dapat dilakukan menggunakan mesin perontok atau power threser. Perontokan yang dilakukan menggunakan mesin perontok atau power threser ini memiliki berbagai keunggulan seperti :
a.       Akan mengefisienkan tenaga, waktu dan biaya
b.      Tingkat kotoran rendah hanya 5 %
c.       Susut tercecer rendah hanya 5 %

5.      Penyimpanan
Tahap paling akhir dalam pengolahan pasca panen kedelai ini adalah penyimpanan. Sebelum biji kedelai disimpan perlu untuk disortasi atau dibersihkan terlebih dahulu untuk memisahkan biji yang rusak, biji gepeng, atau yang ukurannya terlalu kecil.
Proses penyimpanan ini sendiri dilakukan dengan cara berikut :
a.       Setelah disortasi dan dibersihkan, biji kedelai ini disimpan dalam karung goni yang dilapisi karung plasik untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu
b.      Penyimpanan biji kedelai dengan karung dilakukan agar biji kedelai tidak rusak dalam pengankutan dan terhindar dari pembusukan
c.       Biji kedelai disimpan dalam suhu kamar 27 derajat celcius dengan kadar air sekitar 12%
Menurut Justice dan Bass (2002) tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya. Selanjutnya Sutopo (2010) menambahkan tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. Penyimpanan benih dimaksudkan agar benih dapat ditanaman pada musim yang sama di lain tahun atau pada musim yang berlainan dalam tahun yang sama atau untuk tujuan pelestarian benih dari sesuatu jenis tamaman. Menurut Kartono (2004) salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan tanaman kedelai adalah tersedianya benih bermutu dengan daya kecambah lebih dari 85 %.
Menurut Hasanah (2002) benih tanaman industri dapat dikelompokan menjadi benih ortodok, benih intermediate dan benih rekalsitran. Pengelompokan benih tersebut didasarkan atas kepekaan benih terhadap pengeringan dan suhu. Benih ortodok relatif tahan terhadap pengeringan. Benih ortodok umumnya dimiliki oleh spesies-spesies tanaman setahun dan tanaman dua tahunan (bienial) dengan ukuran benih yang kecil. Benih ortodok tahan pengeringan sampai kadar air mencapai 5 % dan dapat disimpan pada suhu rendah. Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan suhu. Benih rekalsitran peka terhadap pengeringan. Benih rekalsitran tidak tahan disimpan pada suhu di bawah 20°C.
Beberapa spesies tanaman tropis yang memiliki sifat rekalsitran atau peka terhadap suhu rendah adalah kemiri, kayu manis, pala, kelapa dan palma lainnya. Kelompok tanaman ini menghasilkan benih yang tidak pernah kering pada tanaman induknya. Benih masih dalam kondisi lembab ketika gugur dan akan mati ketika kadar air kritis. Daya hidup benih relatif pendek dari beberapa minggu sampai beberapa bulan tergantung spesiesnya walaupun benih disimpan pada kondisi lembab. Benih intermediate berada antara sifat benih ortodok dan rekalsitran.











III.             METEDOLOGI LAPORAN

A.    Tempat dan Waktu
Praktik lapangan atau magang telah dilaksanakan di UD Sujinah yang bertempat di Dusun Legundi  rt. 001 rw. 005 Desa Karangharjo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, Kota Purwodadi,  Jawa Tengah. Pada tanggal 1-31 Agustus 2019.
B.     Pelaksanaan Magang
Kegiatan-kegiatan magang yang dilakukan di UD sujinah adalah sebagai  berikut  :
1.      Pemanenan
2.      Pengangkutan
3.      Penjemuran
4.      Penggolongan/Penyortiran
5.      Pengemasan
6.      Penyimpanan

C.     Rangkuman Pekerjaan Selama Magang di UD Sujinah
Aktivitas yang dilakukan saat magang di UD sujinah adalah sebagai berikut :
1.      Mengikuti kegiatan petemuan dengan BPTP JATENG
2.      Mengikuti kegiatan pertemuan dengan BSB JATENG
3.      Observasi langsung ke lahan milik petani yang bekerjasama dengan UD Sujinah
4.      Melaksanakan pekerjaan proses pascapanen





D.    Cara Kerja
Cara kerja pengelolaan pascapanen untuk mempertahankan kualitas
benih kedelai di UD Sujinah adalah sebagai berikut :
1.      Pemanenan dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu, trasional dan modern.
2.      Setelah selesai, kedelai dikemas dan dikumpulkan kemudian diangkut menggunakan mobil truk.
3.      Disimpan  dengan urutan yang sesuai  dari kedatangan pertama hingga terakhir
4.      Penjemuran dilakukan paling lama 2-3 hari, sesuai dengan kondisi cuaca.
5.      Penyortiran dilakukan sebanyak 2-3 truk perhari.
6.      Pengemasan sebanyak 40-60 kg perkarung.
7.      Benih siap dipasarkan.












IV.             PROFIL PERUSAHAAN

A.    Keadaan Umum UD Sujinah

UD Sujinah yang bertempat di Dusun Legundi  rt. 001 rw. 005 Desa Karangharjo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan, Kota Purwodadi,  Jawa Tengah, Indonesia. UD Sujinah bekerja sama dengan beberapa kelompok tani diberbagai kota, beberapa diantaranya adalah kelompok tani kota Pati khususnya daerah Kayen, kota Solo, dan kota Kebumen.

B.     Sejarah UD Sujinah
Seiring dengan perkembangan penduduk, maka dibutuhkan upaya dalam peningkatan produksi pangan, hal tersebut berguna dalam keseimbangan kebutuhan pangan dengan ketersediaannya. Namun, realitasnya menyatakan ketimpangan antara tingginya tingkat kebutuhan pangan dengan ketersediaannya. Pemerintahan melakukan berbagai upaya untuk peningkatan produksi pangan terutama kebutuhan kedelai yang sampai saat ini masih melakukan import karena kurangnya ketersediaan produksi kedelai dalam negeri.
Dalam rangka membantu upaya pemerintahan untuk meningkatkan produksi kedelai, serta berpartisipasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan orang lain, pada tahun 2006 Ibu Sujinah dan Bapak Sujono secara tradisional bermitra dengan kelompok-kelompok tani, menampung hasil pertanian terutama kedelai. Mengingat setiap panen tiba harga kedelai ditingkat petani selalu jatuh dibawah harga rata-rata sebelum panen.
Upaya yang dilakukan Ibu Sujinah dan Bapak Sujono disambut baik oleh kelompok tani setempat kemudian kelompok tani tersebut menyebarluaskan kepada kelompok tani lainnya sehingga kemitraan semakin luas dan upaya tersebut mampu meningkatkan harga jual ditingkat petani. Karena antusiasme dari berbagai kelompok tani, pada tahun 2008 Ibu Sujinah dan Bapak Sujono melegalitas formalkan upaya tersebut dengan nama UD Sujinah. Sehingga UD Sujinah dapat berpartisipasi dalam penyediaan benih untuk program bantuan sosial antara lain Optimasi lahan (Opla), program Penmabahan Area Tanam (PAT), program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), dan terakhir di tahun 2015 UD Sujinah mendukung suplay benih kedelai dalam program bantuan sosial GPPTT.
Perkembangan UD Sujinah membuat masyarakat sekitar memiliki pekerjaan sementara bahkan menjadi pekerjaan pokok untuk berpartisipasi tenaga kerja UD Sujinah.
Adapun jenis kedelai yang UD Sujinah kembangkan menjadi benih sampai saat ini antara lain kedelai Grobogan, kedelai Malabar, kedelai Arjuna, kedelai Anjasmara. Namun  yang paling banyak di produksi adalah kedelai Grobogan, karena varietas tersebut yang paling banyak dicari.
Pada tahun 2016 UD Sujinah mengikuti regulasi pemerintah dan memperoleh izin dari BPSB selaku penangkar benih kedelai dan kacang hijau, sehingga UD Sujinah dapat menjual benih dengan nama lebel sendiri.
C.     Badan Usaha dan Legalitas
Badan usaha Ibu Sujinah dan Bapak Sujono adalah badan usaha perorangan dengan nama UD Sujinah. Adapun kelengkapan legal formal yang yang UD Sujinah miliki antara lain sebagai berikut :
1.      Akta Pendirian
Akta Pendirian adalah Akta yang di buat dihadapan Notaris, yang berisi keterangan mengenai identitas dan kesepakatan para pihak untuk mendirikan Perseroan Terbatas beserta anggaran dasarnya dan memaparkan mengenai tujuan PT. dan wajib memperoleh pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM agar memperoleh status Badan Hukum.



2.      Izin H.O
Surat Izin Gangguan dan biasa juga disebut HO (Hinderordonnantie) adalah surat keterangan yang menyatakan tidak adanya keberatan dan gangguan atas lokasi usaha yang dijalankan oleh suatu kegiatan usaha di suatu tempat.




3.      SIUP
SIUP ( Surat Izin Usaha Dagang) adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan perdagangan.


4.      TDP

Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang.


5.      NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak biasa disingkat dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.





6.      IMB Gudang
Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB merupakan salah satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum.



7.      Izin Penangkar
Izin penangkar adalah surat yang dikeluarkan pemerintah provinsi setempat untuk bukti rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan.






D.    Struktur Organisasi UD Sujinah
 








UD Sujinah dipimpin oleh ibu sujinah dan memiliki satu mandor, sedangkan tenaga kerja dibagi menjadi beberapa bagian seperti bagian pengangkutan kedelai, penyortiran kedelai, penjemuran kedelai, dan lain-lain.
E.     Potensi dan Kapasitas Produksi
Potensi berdasarkan luasan lahan yang ditanami  kedelai di kabupaten Grobogan sangatlah luas, yang memungkinkan untuk memproduksi ratusan ribu ton. Namun kapasitas gudang , tenaga kerja, dan sarana transportasi terbatas. Kapasitas gudang mampu menampung 6.000 ton setahun, tetapi produksi paling banyak hanya mencapai 4.000 ton setahun, jumlah tenaga kerja tetap UD Sujinah sebanyak 60 orang, terdiri dari tenaga grader, mandor, tenaga bongkar muat dan tenaga angkutan.
F.      Sarana pendukung
1.      Sarana transportasi terdiri dari 6 truk, dan mampu menguasai 10 truk lainnya.
2.      Sarana gudang penyimpanan,terdiri dari 4 gudang penyimpanan













V.                HASIL DAN PEMBAHASAN
Kedelai dikonsumsi di Indonesia sebagai bahan pangan sumber protein, dalam berbagai bentuk makanan terutama tahu dan tempe. Penanganan pascapanen kedelai meliputi panen, yang dapat dilakukan pada tingkat kadar masih tinggi (lebih dari 30%) ataupun ketika kadar air kedelai sudah cukup rendah (17-20%), perontokan, dan pengeringan. Kecuali perontokan yang biasanya dilakukan menggunakan perontok mekanis berkapasitas sekitar 400 kg/jam, proses penanganan pascapanen kedelai lainnya dilakukan secara manual. Kedelai dipanen dengan cara memotong batangnya menggunakan sabit. Kedelai yang masih dalam polong dan menempel pada batang lalu dijemur hingga kadar air biji kedelai mencapai sekitar 16%, lalu dirotokkan dengan mesin perontok. Biji kedelai kemudian dijemur lagi hingga kadar airnya mencapai 14% agar dapat disimpan atau dijual ke pasar.
Pengelolaan pascapanen kedelai di UD Sujinah memiliki tahapan yang hampir sama dengan pengelolaan pascapanen kedelai ditempat yang lainnya, proses penanganan tersebut bertujuan untuk mempertahan kualitas benih kedelai. Tahapan yang dilakukan di UD Sujinah adalah sebagai berikut :
1.      Pemanenan
Kematangan kedelai hingga siap dipanen sangat bergantung pada varietas dan  ketinggian  tempat. Akan  tetapi  saat  pemanenan  juga  bergantung kepada tujuan penggunaan. Berdasarkan  varietasnya  terdapat  varietas  umur pendek  atau genjah  yaitu kedelai  yang  sudah  dapat  mencapai  umur  panen  kurang  dari  80  hari,  kedelai  umur sedang  yaitu  dapat mencapai  umur  panen  pada   80-85  hari, dan kedelai umur dalam yang mencapai umur panen lebih dari 86 hari. Ketinggian  tempat  mempengaruhi  kematangan  fisiologis.  Pada  daerah yang  semakin  tinggi  dari  permukaan  laut  pada  umumnya  kematangan fisiologis tertunda, sedangkan  semakin  rendah  daerahnya  akan  semakin cepat  mencapai  kematangan  fisiologis.

Perbedaan  umur  panen  antara daerah dataran tinggi dengan daerah dataran rendah sekitar 10-20 hari. Tujuan  penanaman  kedelai  menentukan  umur  panen. Kedelai  yang  akan digunakan   untuk   bahan   konsumsi   dipanen   pada   umur   75-100   hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipanen pada umur 100 –110 hari.Dengan  adanya  berbagai  varietas  dan  tujuan  penanaman  maka  untuk mengetahui  kedelai  siap  panen  dapat  dilihat  dari ciri-ciri  tanaman, agar panen dapat dilakukan pada saat yang tepat. Adapun   kedelai   yang  sudah   matang   secara  fisiologis,   cirinya   adalah sebagian  besar  daun  (90-95%)  sudah  menguning  kecoklatan  lalu  gugur, tetapi  bukan  karena  serangan  hama  atau  penyakit.  Batang-batangnya sudah kering, demikian juga buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang  berwarna kuning agak coklat dan gundul.
UD Sujinah mengambil kedelai dari kelompok tani yang telah bekerjasama dengan perusahaannya yang tersebar di berbagai kota, panen dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu tradisional dengan menggunakan sabit sedangkan dibeberapa kelompok tani telah menggunakan mesin perontok. Pemotongan  harus dilakukan   dengan   hari-hati   karena kedelai    yang    sudah    tua    mudah rontok. Hasil  pemotongan  dalam  bentuk  brangkasan  harus  segera  dikumpulkan pada  suatu  tempat  dan  dipisahkan  menurut  tingkat  kematangan  polong. Dari  tempat  pengumpulan  ini,  selanjutnya  hasil  panen  diangkut  ke  tempat penjemuran dengan alat bantu karung atau bakul
2.      Pengangkutan
Kedelai yang telah dipanen, lalu diangkut menuju gudang penyimpanan di UD Sujinah menunggu giliran penjemuran. Pengangkutan kedelai menggunakan truk pribadi milik perusahaan UD Sujinah yang tersebar diberbagai kota di Jawa Tengah, dengan jumlah 300-500 ton sekali angkut.


3.      Penjemuran
Penjemuran kedelai di UD Sujinah dimulai dari jam 9 pagi hingga jam 3 sore, kedelai diambil dari gudang  penyimpanan menuju ke tempat penjemuran. Teknik penjemuran di UD Sujinah sebagai berikut :
a.       Karung diletakan secara berjajar dengan jarak sekitar 1 meter
b.      Kemudian kedelai dikeluarkan dari karung
c.       Setelah selesai, kedelai diratakan menggunakan garu berbentuk sisir
d.      Kedelai yang telah diratakan ditunggu hingga jam 1 sampai 2 jam dan dibalik.
e.       Pembalikan pertama, kedelai dibentuk menyerupai bedengan dengan lebar sekitar 30 cm, dan jarak antara yang satu dengan yang lainnya berkisar 1 meter.
f.       Pembalikan kedua, bedengan kedelai diratakan menggunakan garu rapat dan berseling, setelah 1 sampai 2 jam bedengan yang diseling tadi diratakan.
g.      Pembalikan ketiga, kedelai di ratakan menggunakan kaki secara acak


.


Gambar 9. Proses penjemuran kedelai




4.      Penyortiran
Penyortiran merupakan upaya untuk memisahkan kedelai yang baik dari kedelai yang cacat dan kotoran. Sementara penggolongan dilakukan dengan tujuan memisahkan kedelai berdasarkan grade mutunya. Hasil dari penyortiran dan penggolongan adalah diperoleh kedelai yang seragam berdasarkan tiap gradenya.
Sebelum disortir, biji kedelai harus dipisahkan terlebih dahulu dari kulit polongnya. Proses ini dapat dilakukan dengan memukul – mukulkan tumpukan brangkasan kedelai pada kayu. Sementara cara lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perontok padi. Biji kedelai kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran. Kemudian biji kedelai yang keriput dipisahkan agar diperoleh biji kedelai baik yang seragam. Biji yang sudah bersih kemudian dijemur lagi sampai kadar airnya 9 – 11%. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung baik untuk dipasarkan atau pun disimpan.
Penyortiran di UD Sujinah sudah menggunakan mesin sehingga lebih mudah dan cepat. Penyortiran dilakukan dari jam 9 hingga jam 4 sore, UD Sujinah memiliki 3 mesin penyortir hingga sekali penyortiran 3 sampai 5 truk.






Gambar 10. Penyortiran

5.      Pengemasan
Biji yang kering lalu disimpan dalam wadah yang bebas hama dan penyakit seperti karung goni atau plastik. Kedelai dimasukan ke dalam karung goni dengan kisaran bobot 60 kg. Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Dengan cara kedelai disimpan di tempat kering dalam karung goni atau plastik. Karung - karung ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2 sampai 3 bulan sekali harus dijemur sampai kadar airnya sekitar 9% sampai 11%. Tempat penyimpanan harus teduh, kering dan bebas hama atau penyakit. Biji kedelai yang akan disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9 sampai 14 %.

Gambar 11. Pengemasan
6.      Penyimpanan
Setelah pengemasan selesai, kedelai disimpan hingga menunggu waktu penjualan,UD Sujinah memiliki 2 tempat penyimpanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air awal benih. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan Mc. Donald 1985). Kadar air awal dan bahan kemasan merupakan kombinasi yang baik dalam mempertahankan kadar air dan memperkecil tingkat kerusakan benih selama penyimpanan.
Ruang penyimpanan di UD Sujinah memiliki kondisi dan tatanan yang baik, dimana penempatan diatur sedemikian rupa agar kedelai yang baru diambil tidak tercampur dengan yang lainnya.




Gambar 11. Gudang penyimpanan

Untuk menjaga kondisi benih tetap terjaga apabila kedelai belom terjual maka dijemur kembali dengan selang waktu 3 bulan, hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kedelai.  Produksi benih memerlukan pengetahuan yang baik tentang genetika, metode seleksi, agronomi, fitopatologi, dan teknologi benih memerlukan administrasi bisnis dan logistik yang baik. Kontribusi seluruh bidang/disiplin ilmu tersebut diperlukan untuk membuat benih sebagai alat penting dalam perkembangan pertanian dan ketahanan pangan (food security) nasional maupun internasional, dari semua hal-hal yang disebutkan diatas perusahaan UD Sujinah kurang terampil dalam penanganan manajemen pemasaran.
Penggunaan benih bermutu tinggi adalah prasyarat penting untuk menghasilkan produksi tanaman yang menguntungkan secara ekonomis. Sebaliknya, penggunaan benih yang bermutu rendah akan menghasilkan presentasi pemunculan bibit yang rendah , bibit yang kurang toleran terhadap cekaman abiotik dan lebih sensitif terhadap penyakit tanaman.


Alur perbanyakan benih dimulai dari  benih penjenis hingga benih sebar. Hasil benih yang di produksi UD Sujinah merupakan benih terbaik (BS), Namun benih BS ini hanya digunakan untuk penangkar dan kelompok tani yang telah bekerjasama dengan perusahaan UD Sujinah itu sendiri, dan untuk petani lainnya adalah benih berjenih BR dan seterusnya.

Benih Penjenis (Breeder Seed)
                        BBI
Benih Dasar (Foundation Seed)
BBI
Benih Pokok ( Stock Seed)
BBP+BUMN
Swasta+koperasi
Benih Sebar (Extension Seed)

Benih kedelai yang di produksi UD Sujinah telah melewati alur perbanyakan seperti rangkaian di atas. Mutu dari benih kedelai yang di hasil kan UD Sujinah sudah teruji di lab BPSB Yogyakarta dengan presentase tumbuh 98%, hal ini menandakan bahwa produksi benih kedelai UD Sujinah telah melewati penangan pengelolaan yang sangat baik.





VI.             PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengelolaan pascapanen produksi benih kedelai bertujuan untuk mendapatkan hasil benih yang berkualitas dan menjaga benih agar tetap memiliki kondisi yang baik.
Penanganan pengelolaan benih dimulai dari cara pemanenan yang benar hingga pengemasan yang sesuai standar. Uji lab telah menunjukan bahwa benih yang di produksi UD Sujinah memiliki benih yang berkualitas, dan memiliki presentasi pertumbuhan yang tinggi.
B.     Saran
Pembinaan terhadap para pekerja perlu terus ditingkatkan, tempat penyimpanan dibersihkan, pembaharuan karung goni apabila sudah tidak layak pakai.  












DAFTAR PUSTAKA
Sarwanto, AT. Dan Wudianto, R. 2011. Meningkatkan hasil panen kedelai di lahan sawah kering pasang surut. Penebar Swadaya. Bogor. 86 hal.
Aep Wawan Irwawan. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merill). Jatinangor : Fakultas Pertanian Universitas Pajadjaran.
Anonim. 2015. Kualitas dan kesehatan benih kedelai. Rypsostori UNRI. 1 hal.
Anonim. 2018. Proses Panen dan Pasca Panen Kedelai. amtast.id. 3-5 hal.
Heddy, suwasono. Ngroho, WH. Kurniati, Mety. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pascapanen. Jakarta :PT Raja Grafindo Persada.
Ilyas, satriyas. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor :IPB Prees.
Kemendag. 2017. Analisis outlook pangan 2015-2019. Bppp Kemendag. 20-22 hal.
Shaumiyah, Fauzah. Huri daman dan Basuki, Nur. 2012. Pengaruh pengeringan terhadap kualitas benih kedelai. 1 hal.
Sudaryanto, T dan Swastika, KS. 2016. Ekonomi kedelai di Indonesia. 1-2 hal.














Kontrol Pertumbuhan Bakteri

STERILISASI             Salah satu hasil praktis yang terpenting dalam mempelajari perkembangan secara spontan (“ spontaneous generation...